Byju’s: Dari Multi-Decacorn ke Krisis Tata Kelola dan Keuangan
Byju’s, perusahaan teknologi pendidikan terbesar di India, pernah menjadi simbol kesuksesan startup dengan valuasi mencapai US$22 miliar (sekitar Rp360 triliun) pada puncaknya. Namun, hanya dalam beberapa tahun, perusahaan ini mengalami penurunan drastis, memicu kekhawatiran para investor global.
Kejayaan Byju’s di Puncak Valuasi
Byju’s, yang beroperasi di Asia Selatan dan Timur Tengah, menarik perhatian dunia dengan model bisnis edutech inovatifnya. Perusahaan ini berhasil menggalang dana lebih dari US$5 miliar (sekitar Rp78 triliun) dari investor kelas dunia seperti General Atlantic, Silver Lake, Peak XV, Chan Zuckerberg Initiative, BlackRock, UBS, dan Prosus Ventures. Pada tahun 2021 dan 2022, Byju’s bahkan mengakuisisi lebih dari selusin perusahaan dengan total pengeluaran sebesar US$2,5 miliar (sekitar Rp39 triliun).
Investasi Besar Prosus yang Gagal
Salah satu investor utama Byju’s adalah Prosus, perusahaan investasi global berbasis di Belanda, dengan kepemilikan saham 9,6%. Pada masa kejayaan Byju’s, nilai investasi Prosus mencapai US$2,1 miliar (sekitar Rp34 triliun). Namun, seiring waktu, Prosus menurunkan nilai investasinya hingga nol dalam laporan kuartalannya di tahun 2024. Prosus mengakui kerugian sebesar US$493 juta akibat penurunan drastis valuasi Byju’s.
“Nilai saham kami di Byju’s kini nol,” ujar Chief Investment Officer Prosus, Ervin Tu. Meski demikian, Ervin masih menyimpan harapan bahwa Byju’s dapat bangkit jika tata kelola perusahaan diperbaiki.
Permasalahan Tata Kelola dan Keuangan
Krisis Byju’s dimulai saat perusahaan terus menunda penerbitan laporan keuangan. Ketika laporan akhirnya dirilis, pendapatan perusahaan ternyata jauh di bawah proyeksi. Selain itu, Byju’s menghadapi tekanan besar dari kreditur AS terkait utang sebesar US$1 miliar yang belum terselesaikan. Hal ini memicu proses insolvensi yang semakin memperburuk citra perusahaan.
Para investor utama, termasuk General Atlantic, Prosus, dan Peak XV Partners, menyuarakan keprihatinan mereka terhadap tata kelola Byju’s. Bahkan, beberapa dari mereka membawa masalah ini ke Mahkamah Agung India untuk meminta penanganan lebih lanjut.
Dewan Komisaris yang Runtuh
Pengunduran diri anggota dewan komisaris menjadi sorotan lain dalam krisis ini. Perwakilan dari Peak XV Partners, Prosus, dan Chan Zuckerberg Initiative mundur dari dewan, menuding manajemen Byju’s mengabaikan saran dari para pemegang saham. Dewan komisaris kini hanya diisi oleh sang pendiri, Byju Raveendran, bersama keluarganya: Divya Gokulnath (istri) dan Riju Raveendran (adik).
Deloitte, firma akuntansi yang bertugas mengaudit laporan keuangan Byju’s, juga memilih mundur. Mereka menyebut perusahaan tidak menyediakan dokumen keuangan yang diminta untuk audit tahun 2021-2022.
Byju Raveendran: Optimisme di Tengah Krisis
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Byju Raveendran tetap optimis bahwa perusahaannya dapat pulih. Ia mengakui bahwa Byju’s telah membuat kesalahan besar dalam memperkirakan potensi pertumbuhan, tetapi ia percaya pada restrukturisasi yang sedang dilakukan. “Kami telah memangkas pengeluaran dan membentuk organisasi yang lebih ramping untuk menghadapi masa depan,” ungkap Raveendran.
Namun, kepercayaan publik terhadap Byju’s telah menurun drastis. Sebagian besar investor mulai meragukan kemampuan perusahaan untuk bangkit dari krisis ini.
Dampak pada Ekosistem Startup India
Keberhasilan dan kejatuhan Byju’s menjadi pelajaran penting bagi ekosistem startup India. Masalah yang dihadapi Byju’s menyoroti pentingnya tata kelola yang baik, transparansi keuangan, dan manajemen risiko yang efektif. Investor kini lebih berhati-hati dalam menilai startup teknologi pendidikan lainnya, mengantisipasi risiko serupa di masa depan.
Kesimpulan
Perjalanan Byju’s dari multi-decacorn ke krisis memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya tata kelola yang baik dalam dunia startup. Untuk menjaga keberlanjutan bisnis dan kepercayaan investor, perusahaan rintisan harus fokus tidak hanya pada pertumbuhan, tetapi juga pada transparansi dan manajemen risiko.
Dengan restrukturisasi dan perubahan manajemen yang tepat, masih ada peluang bagi Byju’s untuk pulih. Namun, perjalanan ini tidak akan mudah dan membutuhkan komitmen serta dukungan dari berbagai pihak. Bagi ekosistem startup global, kisah Byju’s adalah pengingat akan pentingnya keseimbangan antara ambisi dan tata kelola yang bertanggung jawab.